Artrevoir. \\ Follow // Dashboard \\

Tuesday, March 4, 2014

Melbourne: Rewind - Winna Efendi



Judul : Melbourne: Rewind
Seri : Setiap Tempat Punya Cerita #4
Penulis : Winna Efendi
Penerbitan : GagasMedia, 2013
Tebal : 328 hlm
ISBN : 9797806456
Harga : Rp 52.000 (081113)

220214 until 280214


Pembaca tersayang,

Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. 

Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare. 

Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.

Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.

Setiap tempat punya cerita.

Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.

Enjoy the journey, EDITOR. 


Segalanya telah berubah dalam hitungan tahun. Aku belajar untuk tidak terpaku pada benda mati, manusia maupun kenangan. - hlm 28.

Max dan Laura bertemu dengan cara unik. Laura kehilangan walkman kesayangannya yang ternyata selama ini mendekam di bagian Lost & Found kampusnya. Sayangnya, waktu diambil, walkman tersebut sudah 'diakui' sebagai miliknya Max. Dengan jengkel, Laura menodong kembali walkmannya. Itulah awal pertama kali mereka bertemu. Max sendiri heran. Kenapa sih si Laura-Laura ini gebet banget sama walkman tuanya ini? 

Max terobsesi oleh cahaya. Dia sangat menyukai bentuk cahaya apapun, kegemerlapan lampu-lampu kota, cahaya bintang, semuanya. Bahkan ia masuk ke jurusan arsitek sebagai desainer pencahayaan gitu deh. Nantinya, ia menjadi seorang perancang pencahayaan konser-konser, dll. 

A light is never just light. Cahaya, seredup apa pun, mampu mengiluminasi kegelapan, dan menjadi medium yang menghidupkan dunia. Bagi gue, cahaya adalah hal terindah di dunia ini. - hlm 8.
Sedangkan Laura terobsesi dengan musik. Baginya, setiap orang memiliki musik, memiliki soundtrack masing-masing terhadap perjalanan hidup mereka. Oleh karena itu, ia memilih menjadi penyiar radio yang dapat memperdengarkan lagu-lagu favoritnya kepada para pendengar.
A song tells the story of your life; there's always a personal history attached to it. Itulah yang menarik dari musik--setiap orang memiliki soundtrack kehidupannya sendiri. - hlm 19. 
Kisah ini menceritakan tentang Max dan Laura yang pacaran, lalu putus. Setelah bertahun-tahun berpisah, Max kembali ke Melbourne dan bertemu dengan Laura. Mereka menjadi seperti biasa lagi, maksudnya berteman lagi, biasa lagi. Mereka nonton film bareng lagi, jalan bareng lagi, ngopi bareng lagi, namun mereka bersikeras bahwa hubungan ini hanyalah sekedar pertemanan. Mereka bermain-main pada harapan; karena pada akhirnya, selalu ada seseorang yang mengharapkan lebih.

"Lo nggak pernah tahu apakah orang itu merasakan hal yang sama, atau perasaan lo cuma bertepuk sebelah tangan. Bahkan, setelah lo tahu perasaan itu nggak terbalas dan menerima hal itu, semuanya nggak akan lagi sama. Akan ada hubungan yang rusak, rasa yang canggung, hati yang terluka." - hlm 145.


"Pernah nggak, kamu merasa seseorang adalah belahan jiwamu, the one and only? Perasaan itu, mengetahui bahwa kamu ingin menhabiskan sisa hidup bersama seseorang." - hlm 242. 

Aku tertarik dengan Melbourne, pertama karena tentu aja rating di Goodreads yang cukup meyakinkan. Selain itu, kayaknya seru baca seri STPC nih~ Hehehe. Akhirnya, aku membelinya dengan ekspektasi yang cukup tinggi. Apalagi yang nulis Winna Efendi. Aku udah baca Refrain, dan terbius ke dalamnya. Semoga Melbourne pun begitu yaa.

Konsepnya menurutku cukup klasik. Bertemu dengan mantan, terus menjadi saling canggung dan akhirnya kembali berteman. Semua baik-baik saja, jikalau tidak ada yang mengharapkan lebih. Terus kemunculan tokoh lain yang menambah 'panas' situasi antara Max-Laura. Bagi aku sih, kemunculan tokoh lain itu kurang gereget lah, gajelas maksudnya apa. Alur ceritanya maju-mundur. Seru sih, apalagi pas aku penasaraaaaaaaaann banget kenapa sih Max-Laura ini putus; karena nyatanya mereka saling mencintai banget gitu, ternyata diberikan terakhir. Puas banget deh. ~

Poin plusnya adaalahh, aku suka setiap lagu yang di-quote oleh penulis. Jadi setiap bab baru itu dinamakan sesuai lagu. Ditambah lagu-lagu itu merepresentasikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi bisa nebak-nebak. Aku cuman sebel pas dibagian ending yang gak jelas gitu. Aku gak ngerti maksudnya deh pokoknya. Biasanya kan kalo ending bikin kita ngerasa 'waw'. Tapi aku gak merasakannya tuh. Lalu, menurutku sih, aku kadang agak sebel dengan kegalauan mereka berdua. Kalo sama-sama cinta, ribet banget sih?!

Cinta itu rumit, tapi setiap orang tidak sabar untuk jatuh ke dalam kerumitan itu, dan ikut tersangkut dalam jaringnya. - hlm 52.

Karakter favoritku disinii.. ehm, siapa ya? Kayaknya Max deh. Dia pokoknya keren bangett, dia mempercayai konsep belahan jiwa yang pokoknya seru banget. Dia percaya true love~ Aku juga agak percaya dengan konsep true love yang bakalan membuat kita bahagia. Tapi seperti kata Laura, ada beberapa hal-hal kecil yang membuat kita juga bahagia. Kita tidak perlu bergantung pada suatu orang untuk membuat kita bahagia; ada berjuta hal kecil lain yang dapat melakukannya untuk kita. :) 

"Tapi, siapa yang bisa mengukur takaran kebahagiaan sesungguhnya? Kita bahagia dengan apa yang kita punya, itu udah cukup. Happiness is a matter of perspective." - hlm 80.
Melbourne: Rewind.
Young-adult, romance, dream!  
Buat gue, perasaan paling nggak enak sedunia adalah sesal. Apa pun yang lo lakukan, lo nggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya bisa berubah. Lo nggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya. - hlm 122.


 Tangisan tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang lemah. Tangisan diciptakan untuk orang-orang kuat, untuk mengingatkan mereka bahwa kesalahan adalah sesuatu yang wajar, dan tidak apa-apa jika sesekali kita merasakan takut, sesal, ataupun sedih. - hlm 176 s/d 177.

No comments:

Post a Comment

Artrevoir is waiting for your good comments! Please respect other and be polite. Thank you for comment. Cheerio! :)

LinkWithin