Artrevoir. \\ Follow // Dashboard \\

Friday, February 7, 2014

Bangkok: The Journal - Moemoe Rizal



Judul : Bangkok: The Journal
Seri : Setiap Tempat Punya Cerita #3
Penulis : Moemoe Rizal
Penerbitan : GagasMedia, 2013
Tebal : 436 hlm
ISBN : 9797806294
Harga : Rp 57.000 (250114)

300114 until 310114


Pembaca tersayang,

Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.

Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neon yang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.

เที่ยวให้สนุก, tîeow hâi sà-nùk, selamat jalan,
EDITOR 


Aku baru baca seri Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) sekarang dan, pertama kali baca Bangkok: The Journal. Cukup susah nyari dimana buku ini dijual, karena tokbuk di kotaku udah pada gaada. Apalagi bukunya gabegitu best-seller. Akhirnya ketemu juga di tokbuk luar kotaku, dasar. Dan, untungnya, Bangkok gak mengecewakanku. :)

Kisah ini dimulai dengan perkenalan tokoh utama kita, Edvan, yang berprofesi sebagai arsitek bangunan yang profesional. Dia semacam tokoh yang sudah mapan, tinggal di Singapura, ganteng, perfect. Sayangnya, ada satu masalah yang nggak bisa dia kompromikan. Keluarga. Dia sudah pergi dari rumah Ibunya di Indonesia, selama 10 tahun. Meninggalkan Ibunya, adik lelakinya, Edvin karena dia sudah muak sekali dengan pertengkarannya dengan Ibunya. 

Pada saat ia berfoya-foya atas keberhasilannya mendesain pembangunan di Singapura, dia mendapat SMS dari adiknya, Edvin yang berkata bahwa Ibu mereka meninggal hari itu. Sebenci apapun ia dengan ibunya, toh ia tetap pulang ke Indonesia. Tetapi Edvin minta bertemu setelah Edvan mengunjungi makam Ibunya. Edvan segera ingin menyelesaikan apapun masalah Edvin dengannya, jadi ia segera menemui Edvin di sebuah restoran. 

"Karena Kakak sayang Ibu, okay? Kakak selama ini benci Ibu, sampai sekarang benci Ibu, tapi Kakak nggak pernah berhenti sayang sama Ibu." - hlm 52. 

Tidak disangka-sangka, Edvin berubah 90 derajat. Ia menjadi pure wanita, keanggunanya, senyumnya, kelembutannya, semua terpancar dari dirinya. Edvan tidak lagi melihat adik lelakinya, ia melihat seorang wanita. Sebetulnya, karena Edvin-lah, Edvan bertengkar dengan Ibunya. Dari kecil, Edvin selalu terlihat sebagai perempuan, bermain mainan perempuan, bersifat layaknya perempuan. Dan dari kecil pula, Ibunya mendukung apapun keputusan Edvin, selama anaknya berbahagia. Tetapi Edvan selalu menolak hal tersebut. 
Di hadapanku, duduk seorang pria yang selama tiga puluh tahun terakhir mengumpulkan uang untuk bertemu Ibu. Sementara aku, sepuluh tahun terakhir mengumpulkan uang untuk menjauhi Ibu. Siapa pun sudah tahu mana manusia yang tidak berguna. - hlm 165

Edvin bertemu dengan Edvan hanya untuk berbicara tentang warisan Ibunya. Jadi, ibunya itu menyebarkan 7 jurnal yang harus Edvan temukan. Tugas Edvin-lah yang menjelaskan kepada Edvan bagaimana caranya. Ibunya memberikan jurnal terakhir, berjudul "The End", dan disanalah tertulis dimana jurnal keenam berada, dan pastinya berada di Bangkok, semuanya. Begitupun seterusnya, letak jurnal kelima dituliskan di jurnal keenam. Semuanya berada di tangan-tangan orang yang Ibunya percaya, entah sudah tiada, atau masih. Edvan sendiri ragu, karena jurnal itu semuanya ditulis dibalik kalender lusuh, siapa sih yang masih menginginkannya? Dan bagaimana pula ia mencari seseorang yang kemungkinan besar sudah meninggal, mengingat tahun penulisannya adalah 1980? Please, deh. 

"Dia hanya sekadar penulis hebat. Dia penulis cerita sederhana di balik kalender." - hlm 38.

Tapi toh Edvan penasaran juga. Ia terbang bersama Edvin ke Bangkok. Disana, ia mendapat tour guide yang baik sekali, mau membantunya mencari semua jurnal-jurnal itu. Walaupun setiap jurnal berharga 1000 baht juga sih. Namanya adalah Charm, dari nama Bangkok yang panjang banget itu, ia merupakan gadis yang tau seluk-beluk Bangkok, dan bersedia untuk menemukan jurnal itu bersama Edvan. 

Menemukan jurnal-jurnal itu bukan perkara mudah. Apalagi ketika Ibunya tidak menulis secara spesifik siapakah yang dimaksud. Tapi Edvan selalu bangun tiap pagi, bersemangat untuk mencari jurnal, karena ia akan bertemu Charm. Ayolah, berminggu-minggu bersama, tidak mungkin jika tidak ada yang berubah. Tapi sayangnya Charm sendiri tidak begitu menginginkan Edvan, tidak seperti Edvan menginginkannya.
Untuk apa aku tetap mengumpulkan jurnal-jurnal ini? Ibu nggak akan bertepuk tangan untukku. Apalagi hidup kembali. - hlm 247. 
Bangkok: The Journal, tidak ada yang mustahil. Tidak ada kebetulan, hanya ada takdir. :) 
"Aku nggak milih untuk cinta dia. Tiba-tiba aja, aku tahu kalo dia kunci yang tepat untukku. Kayak kalau kita nyoba masukin kunci ke banyak lubang pintu, waktu terdengar bunyi krek dan kunci itu pas masuk, rasanya kayak gitu." - hlm 259.

"Lagi pula, aku nggak tertarik wisata bangunan artistik seperti di Eropa. Itu semua buatan manusia. Aku ingin wisata alam. Wisata yang bangunannya diciptakan langsung oleh Tuhan." - hlm 94.
Oke oke, aku jujur gabegitu sreg sama penulis Indonesia yang menuliskan ceritanya berlatar belakang luar negeri. (kecuali fantasi). Helow?  Emang di Indonesia itu kurang bagus untuk dijadikan latar? Tapi terlepas dari itu, aku mencoba membaca Bangkok, berdasarkan reviews dari Goodreads yang lumayan juga. :)

Pertama, mari bahas outlook dari buku ini. Bangkok menyertakan cover yang catchy, postcard pemandangan Bangkok, pokoknya keren deh. Ditambah, adanya ilustrasi-ilustrasi pemandangan kota Bangkok di setiap bab baru, menambah pengetahuanku tentang Bangkok, pastinya. Sayangnya, buku ini rentan sekali rusak, entah kenapa tidak sampai sebulan aku membelinya, sudah koak. Entahlah.

Untuk konsep cerita, cukup menggunggahkan hati lah intinya. Aku cukup penasaran dengan bagaimana jurnal ini dan itu ditemukan, atau bagaimana sih sosok sebenarnya sang Ibu, karena dia begitu misterius. Agak kurang rasional kalau jurnal tahun 1980 masih bisa ditemukan di tahun 2013, dan dipegang oleh orang-oranga acak pula. Walaupun pada akhirnya aku rada bingung dengan beberapa adegan, dan ending yang tertebak, tetapi tetap membuatku penasaran. Sangat sayang untuk diselesaikan, sesungguhnya. Aku agak kurang merasakan perasaan Charm ke Edvan, entah kenapa. Tapi aku salut dengan hubungan Edvan dengan Max, Edvin, dll. Edvan jelas berubah 180 derajat dari seseorang arsitek narsis yang kaya raya di awal buku, menjadi arsitek sederhana yang hanya ingin membahagiakan semua orang. :)

Sedangkan untuk gaya penulisannya, aku sangat menikmatinya. Alurnya agak sedikit lambat, dan agak membosankan di beberapa tempat. Sebetulnya, saat-saat di persidangan itu agak membingungkan, dan agak susah dibayangkan. Tapi untuk yang lain, cukup membuatku merinding, bahkan hampir nangis. :') *Bahkan aku langsung meluk ibuku*. :""")

"Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata." - hlm 297.

Aku menemukan sudut pandang baru dari Bangkok. Aku menemukan bahwa menjadi transgender itu bukanlah sesuatu yang sangat tabu sehingga kita menghindari keberadaan mereka. Membuka jalan pikiranku yang sempit, sebetulnya. Dan, aku mengetahui bahwa gimanapun bentuk dan rupa seseorang, bentuk tulang, hati, organ dalam kita semuanya sama, diciptakan Tuhan sama. Bahkan hati para transgender itupun ada yang baik dan jahat. Hanya bagian luarlah yang membedakan kita. Di Bangkok, aku menemukan kasih sayang sejati--bukan ke pacar doang, ke keluarga, teman, sahabat, dll. :)

Memaki Ibu karena membiarkan Edvin bertingkah seperti perempuan, sementara Ibu hanya bilang, "Edvinlah yang membuat dunia ini penuh warna. Bayangkan bertapa monokromnya dunia kita kalau hanya manusia-manusia kovensional seperti kita yang menghuni. Tuhan punya tujuan ketika menciptakan Edvin seperti itu. Ada sesuatu yang Ibu yakin Edvin miliki, sementara kamu tidak." - hlm 285
Dan hari ini, ketika Edvin menjelma menjadi Ibu, berpenampilan sama seperti Ibu, mulai dari anggunnya... senyumnya... aku akhirnya tahu tujuan Tuhan menciptakan Edvin seperti itu. Yaitu... untuk membuat sosok Ibu tetap ada di dunia ini. Keanggunannya abadi. - hlm 285-286. 

Karakter favoritku disini agak susah karena semuanya aku suka. Sebenernya sih aku suka sama ibunya Edvan, tapi, karena dia gabegitu menonjol disini, hanya lewat tulisannya, aku ganti jadi Charm. (kenapa gak Edvan? karena aku kadang-kadang muak sama dia). Sedangkan Charm, walaupun menyebalkan telah menolak hati Edvan, aku salut dengan dia. Pokoknya, dia pantang menyerah, hanya berusaha membahagiakan orang lain. Dia pun berusaha membahagiakan orang yang tidak dia kenal sekalipun. :D

Bangkok: The Journal.
Romance, adventure, family, young-adult, travel! 
Hanya ada gedung-gedung yang diciptakan oleh alam. Gedung yang terbuat dari kayu, berfondasi akar, beratapkan dedaunan, dan berornamen buah-buahan. Suara serangga-serangga hutanlah yang memekakkan telinga kami, bukan suara tuk-tuk atau skytrain. - hlm 170.




 "Because Uncle Jutharat tell me. Be yourself is key to love. Be someone not yourself is lying to love. If you get love from the girl, and you not yourself, you are lying to yourself." - hlm 336.  

No comments:

Post a Comment

Artrevoir is waiting for your good comments! Please respect other and be polite. Thank you for comment. Cheerio! :)

LinkWithin