Artrevoir. \\ Follow // Dashboard \\

Friday, September 6, 2013

Unpopular! - Niken Anggrek




Judul : Unpopular!
Penulis : Niken Anggrek
Penerbit : Bentang Belia
Cetakan : I, Juni 2012
Ukuran : 19 cm
Tebal : 214 hlm
ISBN : 9786029397291
Harga : Rp 34.000,-


Mungkin Mama masih membandingkan keadaan sekarang ini dengan tahun 80'an. Please deh, dulu kan komputer belum zaman, telepon juga masih jarang, apalagi internet. Sekarang? Nahan update status di media sosial itu amat sangat susah. Lebih susah dari nahan lapar. Jadi, wajar kan, kalau aku mengiba-iba minta dibelikan ponsel yang bisa berinternetan? Gara-gara sikap kolot sang Mama, Arum jadi supersusah di sekolah barunya. Bayangan menjadi anak SMA yang gaul, up to date, dan modis harus ditepisnya jauh-jauh. Arum harus bertahan dengan uang saku yang pas-pasan dengan gadget seadanya. Sementara teman-temannya di sekolah saling memamerkan gadget-gadget terkini. Sanggupkah Arum bertahan dengan "modal" seadanya? Dan, mungkinkah masa SMA seindah bayangannya akan terwujud?




"Mama yakin, bahwa gadget akan membuat interaksi antara manusia dengan yang lainnya jauh berkurang." - Mama Arum, hlm 7. 

Sebenernya kisah ini adalah kisah yang ummmmm... lebih ke apa ya, sederhana, mungkin kata tepatnya. Aku dulu beli buku ini karena lagi males baca buku tebel-tebel, dan udah kepepet diburu-buru waktu, jadi belilah yang simpel. Aku tau bukunya sederhana, bahkan dari sinopsisnya, bisa kelihatan kan kalo konfliknya cuman "ketinggalan zaman"? 

Err, maaf banget nih kalo nyinggung. :( 

Tapi terlepas dari konflik sederhana, mari kita lihat ceritanya. Jadi, ada Arum Sekarjati yang bencii banget ama Mama sama Papanya. Dari kata-katanya sih, Mama dan Papanya tuh kolot bener. Dia pake Facebook sama Twitter sih, tapi kata dia, bisa jadi ketinggalan zaman kalo baru buka FB sama Twitter pulang sekolah, soalnya udah telat. Pokoknya kebanyakan isinya dia protes sama ortunya.

Dia ketemu sama Ery sama Almira, kedua temennya yang kata dia dari grup "you-don't-know-who" alias dari grup-grup tersisihkan dari grup populer pas MOS. Pada suatu hari *eng ing eng* dia tuh ngumpulin tugas saking rajinnya, jadi pas disuruh ngumpulin 2 artikel, dia ngasih 4 artikel. Eh waktu dibalikin lagi artikel, artikelnya berkurang 2! Kurang brengki apalagi coba! 

Gak sengaja, dia denger percakapan duo anak populer Frisca sama Reyna. Ternyata, yang ngambil 2 artikelnya tuh si Frisca. Memuncaklah kejengkelan dia dengan Frisca. Belum habis, dia diundang ke pesta ulang tahunnya Frisca. Waduh, mungkin Frisca gak tau kali ya kalo Arum udah pengen ngebejek-bejek dia? Kalo tau mungkin cewek itu nggak bakal ngundang Arum, yah, daripada dikasih hadiah yang menyebalkan? 

Terus, gimana pula dengan kostumnya? Kan kamu tau kalo Arum nggak bisa punya gaun yang bagus-bagus. 

Seperti yang sudah aku bahas di awal, aku nggak begitu suka dengan konflik yang terjadi. Apa konfliknya? Penyabotan artikel Arum oleh Frisca? Atau apa sih..... -_- 

Konfliknya boleh dibilang flat, sederhana. Aku agak susah mengingat apa konfliknya setelah membaca buku ini. Tapi, anyway, buku ini tetep memuaskan. Alur bahasanya pas banget buat anak-anak muda sekarang. Buku ini mengajarkan untuk hidup sederhana. 

Menurutku, oke, menurutku, kalau memang dia anak yang gak gaul, agak sedikit diperlihatkan dia kurang gaul dibagian mana. Unpopular! agak kurang pas buat judul, mungkin Diari Arum, atau apalah. Aku merasa kalau Arum gaul-gaul aja. Maksudnya gak kudet gitu. 

Tapi cukup seru juga dibagian terakhirnya. Dan aku beberapa kali senyum-senyum dibagian ortunya yang sederhana banget. Aku suka sih, tokoh Arum. Yang paling menarik itu tokoh Naufal. Sayang gak begitu diperlihatkan. Tapi kalau aku perhatikan, dia jago komputer, pinter tapi songong abis. Wah, seru lah intinya. 

Didukung oleh sampulnya yang catchy, novel ini layak untuk kamu beli. :) 

Aku jadi merasa sedikit kagum dengannya. Dia berani berkata tidak. Berani untuk enggak populer. - hlm. 114. 




"That's always seemed so ridiculous to me, that people want to be around someone because they're pretty. It's like picking your breakfast cereals based on color instead of taste." - John Green, Paper Towns, hlm 24. 


No comments:

Post a Comment

Artrevoir is waiting for your good comments! Please respect other and be polite. Thank you for comment. Cheerio! :)

LinkWithin