Artrevoir. \\ Follow // Dashboard \\

Saturday, November 2, 2013

Lovasket #1 - Luna Torashyngu



Judul : Lovasket
Seri : Lovasket #1
Penulis : Luna Torashyngu
Penerbitan : Gramedia Pustaka Utama, Juni 2007
Tebal : 312 hlm
ISBN : 9789792229493
Harga : Rp 33.000

2 Nov 2013 until 3 Nov 2013


Hidup Vira hancur ketika ayahnya dituduh melakukan korupsi dan harus dipenjara. Mendadak Vira kehilangan segalanya, bahkan dikeluarkan dari sekolahnya, SMA Altavia, SMA paling elite di Bandung. Akibatnya Vira jadi mogok hidup, juga mogok main basket yang sebetulnya merupakan "hidupnya". Dia merasa tidak ada gunanya punya teman lagi, karena terbukti teman-teman hanya mendampinginya saat dia berada pada puncak hidupnya.

Niken adalah Ketua OSIS SMA 31, SMA kecil di pinggiran Bandung. SMA 31 memutuskan akan memangkas anggaran ekskul sehingga Niken ditugasi menyeleksi ekskul mana yang akan dipertahankan. Menghadapi dilema besar ini, Niken melihat salah satu cara untuk menyelamatkan ekskul basket. Mungkin kalau dia bisa membujuk murid baru itu untuk bergabung, ekskul basket bisa selamat. Selain itu, mungkin Niken juga bisa membuat murid baru yang kelihatan depresi itu lebih ceria. Mungkin Niken bisa membuat Vira tersenyum lagi....


"Tim ini punya seorang pemain hebat, yang bisa mewujudkan mimpi dan harapan pemain lainnya jadi kenyataan." - hlm 230-231. 

Aku agak kaget dengan konflik dari buku ini, sebenernya. Kenapa? Di kovernya terlihat jelas, bahwa sang cewek (kemungkinan besar Vira) itu berlatih basket sama seorang cowok. Aku kira, cowok itu adalah Niken. Wkwkwk, yup, aku kira Niken itu cowok. Apalagi di bagian akhir sinopsis "mungkin Niken bisa membuat Vira tersenyum lagi" itu tuh keliatan kayak cowok yang pengen cewek yang disayanginya senyum. -__- Ditambah kovernya yang mendukung dan aku tetep mikir kalo ini novel romance. Ternyata ini novel friendship. :) 

Dimulai dengan segala macam kemewahan hidup Vira, yang cenderung boros. Kemana-mana pasti selalu beli ini beli itu, dugem sampe pagi, pokoknya ciri khas cewek borju. Vira juga adalah seorang yang "berpengaruh" di SMA Altavia, kayak dia bintang basket, cantik, ditambah kedekatan dia dengan Robi, anak pemilik yayasan sekolah itu. Selain itu, kedudukan dia sebagai ketua geng "The Roses" juga menambah pengaruh dia di SMA ini. 

Masalah pelik muncul ketika ayahnya dituduh korupsi. Padahal, ayahnya selama ini hidup bersih, gak pernah sekalipun korup. Tapi selama "dalang"-nya belum ditangkap, bukti-bukti terus memberatkan ayahnya. Jadilah, Ibunya dan Vira terpaksa pindah dari rumah dan fasilitas mewah mereka yang telah disita pihak kejaksaan. Tapi Vira masih bisa bernapas lega selama ia belum dikeluarkan. Ditambah pengaruh Robi yang kuat untuk meminta anak-anak Altavia tidak mengerjai atau mencemooh Vira, sampai saat ini Vira baik-baik saja. 

Tapi malam itu, Robi kecewa sekali dengan Vira, dan berhenti menyayanginya. Esok paginya, Vira sudah tidak ada apa-apanya lagi di sekolah. Bahkan "The Roses" yang terdiri atas Stella, Diana, Lisa dan Amel pun bubar dan tak ada satupun temannya yang mau menghiburnya. Dia dibuang begitu saja oleh (tentu aja) Stella, orang kedua yang berpengaruh setelah Vira di "The Roses". Semua anak mencemoohnya, yang pastinya, berada di bawah tekanan Stella. Puncaknya, ia dikeluarkan dari SMA Altavia hanya karena masalah ini dianggap mencoreng nama baik sekolah. 

Pindah sekolah, membuat Vira mempunyai hidup yang tertutup. Ia tidak mempercayai yang namanya persahabatan, juga enggan menjadi Vira yang ceria lagi. Bahkan ia tidak menyentuh basket sama sekali. Seakan membuang seluruh hidupnya yang dulu, dan membuat hidup baru yang suram. Ia sekarang bersekolah di SMA 31, SMA yang berada di pinggiran Bandung dengan ketua OSIS-nya Niken. 

Sebagai ketua OSIS, Niken diharuskan untuk menyeleksi ekskul mana yang bisa membanggakan nama sekolah. Demi Rei, sahabatnya dan juga ketua klub basket, Niken pun berusaha untuk menyelamatkan ekskul basket. Kebetulan, ia kenal dengan Vira, teman sekolahnya yang jago basket. Niken pun berjanji pada Ibu Vira, yang adalah tetangganya, untuk mengembalikan hidup Vira. Pelan tapi pasti, ia berusaha mendekatkan diri kepada Vira yang anaknya menjadi tertutup. 

Apakah Vira berhasil keluar dari kesuraman hidupnya? Dan bisakah dia untuk memegang lagi bola basket kesayangannya itu? Cuman di Lovasket kamu bisa menemukan pertandingan basket yang seru dan menegangkan dengan ikatan persahabatan yang erat.


"Keluarga kita memang sedang mengalami masa-masa sulit. Ini cobaan dari Tuhan, dan kita sebagai manusia harus bisa melaluinya. Kita memang harus berubah untuk menghadapi semua ini. Tapi bukan berarti mengubah diri kita seluruhnya." - hlm 109. 

Seperti yang aku bilang di awal, aku kaget (banget) sama konflik utama di cerita ini. Hey, friendship! Mengagetkan sumpah. Menurutku sih kover depannya itu gak cocok sama cerita ini, lebih cocok kover Lovasket 2 dimasukkan ke kover Lovasket 1. Tapi terlepas dari masalah kover, aku bisa menikmati buku ini dengan baik. 

Walaupun agak kaget di ending-nya yang kurang "wow", aku puas banget dengan hasil akhir pertandingan basket terakhir mereka itu. (eits, no spoiler dong). Terbukti, ini bukan buku yang gitu-gitu aja, kayak "lawan-terus kalah-lawan lagi-menang" bukan. Jadinya aku sangatt puas. 

Apalagi alur kata demi katanya Luna Torashyngu itu sangat dalam. Jadinya, serasa aku ada di tempat pertandingan basket itu. Serasa tegang sendiri melihat perkembangan turnamennya. Yang paling kaget itu, perubahan sifat Vira sendiri di awal-awal buku dengan akhir buku. Sangat berbeda. Itu menunjukkan kalo setiap orang bisa berubah. Menjadi lebih baik atau lebih buruk. Aku serasa sama-sama tumbuh dengan Vira. :D 

Tokoh favorit ku disini adalah Niken. Jelas atuh, dia tuh udah baik, pantang menyerah, bawel. Tapi aku suka sifatnya yang memaafkan kesalahan orang lain, perhatian, tapi Niken jelas ada kelemahannya. Kelemahannya adalah susah untuk berterusterang kepada orang lain. Jadi, aku suka karakter Niken yang terasa hidup. 

Amanatnya banyak. Tapi intinya adalah, jangan memandang remeh orang yang "derajat"-nya dibawah kalian. Mentang-mentang anak kaya, terus nindas anak miskin? Atau meremehkan? Kadang, kita harus berpikir dua kali, apakah kita lebih baik dari mereka? Jelas kadang orang yang sombong malah akan jatuh. Juga, persahabatan sejati itu ada. Tidak semua orang memanfaatkan orang lain dengan mengatasnamakan 'persahabatan'. Percayalah, sahabat itu ada kok:) 

"Tanpa dia, aku nggak akan pernah tau apa artinya persahabatan sejati. Dia juga mengajarkan aku untuk lebih menghargai hidup." - hlm 276. 

Lovasket #1.
Young, friendship, romance, basket, family! 

"Menurutku, sekolah yang terbaik bukan sekolah yang punya fasilitas lengkap, guru bonafid, atau yang punya reputasi bagus. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu memberikan perlindungan, kenyamanan, hingga membuat murid-muridnya bisa belajar dengan tenang, merasa betah dan bangga sekolah di situ." - hlm 305. 



"Tujuan pertandingan olahraga bukan mencari kemenangan semata atau mencari musuh, tapi mencari kawan, mempererat persahabatan. Pertandingan olahraga bukan sekadar soal menang atau kalah, tapi memahami jiwa dan semangat olahraga itu sendiri, yaitu semangat kebersamaan dan sportivitas." - hlm 278.

No comments:

Post a Comment

Artrevoir is waiting for your good comments! Please respect other and be polite. Thank you for comment. Cheerio! :)

LinkWithin