Artrevoir. \\ Follow // Dashboard \\

Wednesday, October 23, 2013

Negeri Para Bedebah - Tere Liye



Judul : Negeri Para Bedebah 
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juli, 2012
Tebal : 440 hlm.
ISBN : 9789892285529
Harga : Rp 60.000 (gramediapustakautama.com)

Lama membaca : 4 hari.


Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.





Kebijakan bukanlah ilmu pasti, sepintar apa pun kau. - hlm 172. 

Kasihh applause tinggi dulu buat Bang Tere karena berhasil membuatku terpukau sama buku ini. Yeay! :D Awal beli di Gramedia bukan karena tertarik sama kovernya (-_-) tapi karna review-review  yang aku liat di Goodreads. Err, sebetulnya liat yang nomor keduanya, yang Negeri Di Ujung Tanduk, kok baguss reviews-nya. Terus karena gak pengen ketinggalan cerita awalnya, yaudah memaksakan diri buat beli buku ini. Sama sekali gak nyesel tuh :D 

Kisah seru ini dimulai dengan interview tokoh 'aku' yaitu Thomas, dengan seorang wartawan bernama Julia. Terus diselingi dengan beragam hal-hal yang tidak bisa dimengerti (iyaa gue terlalu kecil buat baca novel dewasa ini arghh) bagi aku wkekekek, seperti hal-hal ekonomi yang entahlah apa namanya itu. Selesai dengan interview-nya di pesawat, Thomas kembali ke Jakarta untuk bertanding karena ada pertandingan melawan Rudi di klub bertarungnya. 

Klub bertarungnya cukup mengambil peran banyak disini. Banyak orang-orang penting dari klub bertarungnya yang nantinya akan membantu Thomas melakukan misi hidupnya. Sepulang malam itu melawan sang penantang tak terkalahkan (yang akhirnya dikalahkan Thomas), si Rudi, Thomas pun pulang ke hotel. Malem-malem edan masih aja ada telpon berdering. Dengan sungut-sungut Thomas mengangkatnya dan disinilah dimulainya petualangan seru itu. 

Suara di telepon mengatakan bahwa akan ada yang datang ke kamar Thomas malam itu juga. Ternyata yang datang adalah Ram, orang kepercayaan pamannya. Ternyata Ram membawa kabar buruk, Bank Semesta, bank-nya si Om Liem, pamannya itu, akan ditutup. (jelasnya gue gak ngerti gimana okeh). Walaupun benci kepada Om Liem sejak bertahun-tahun silam hingga sekarang, Thomas berusaha menyelamatkan Bank Semesta dan Om Liem yang menjadi buronan. Lalu perlahan-lahan terkuaklah masa lalu Thomas sebagai Tommy, nama kecilnya. Dibalik itu, Thomas pun punya ambisi kuat untuk membalaskan dendamnya. 

Balas dendam kepada kedua orang itu. Orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya semasa kecil. Mengakibatkan meninggalnya kedua orang tuanya. Menghancurkan keluarganya. Thomas memutuskan untuk balas dendam. Sanggupkah ia? Ketika semua orang yang kita kenal mungkin aja seorang pengkhianat? Dan satu-satunya orang yang bisa dipercaya adalah diri sendiri? 

"..., di dalam mobil Ram menyebutkan nama petinggi kepolisian dan pejabat kejaksaan yang menyidik kasus Bank Semesta. Aku mengenali nama itu. Nama kedua bedebah itu. Kau pernah bertanya padaku, apakah aku anak muda yang pintar, kaya, punya kekuasaan dengan kepribadian ganda? Penuh paradoks? Kau keliru, Julia. Aku adalah anak muda yang dibakar dendam masa lalu. Jiwaku utuh. Seperti berlian yang tidak bisa dipecahkan. Aku selalu menunggu kesempatan ini. Akulah bedebah paling besar dalam cerita ini." - hlm 118 s/d 119. 

Negeri Para Bedebah sungguh mengagetkan, sumpah deh. Aku tuh aduh, udah berapa kali buka-tutup buku ini soalnya ada ceramah tentang ekonomi dan hal-hal yang gak bisa kumengerti diawal. Kadang jujur aja malah, aku banyak melewatkan penjelasan dan hanya menangkap beberapa penjelasan doang. Hehehe. Abisnya, walopun dibaca dari awal ge', sama aja kagak ngerti. Jadi daripada kepala pusing, mending di-scan aja bacanya. Heheheeee:D 

Tapi anyway, aku mulai menikmati dibagian pelarian Thomas dengan Om Liem. Sunggggggguh mendebarkan menanti kelanjutannya. Juga nyesel buku sebagus ini pernah mendok gak dibaca. Er. Tokoh Thomas banyak mengingatkanku dengan tokoh Erika Guruh di buku karya Lexie Xu seri Omen. Tokoh yang gak bisa diem doang buat sejenak istirahat saat hal-hal genting atau saat mereka menaruh hidup di tangan orang. Gak bisa diem saat dia tau ada sesuatu yang sedang terjadi. Ditambah, Thomas itu gak terkalahkan lho di klub petarungnya. Jadi serasa kayak seseorang yang bisa apa aja gitu. 

Walaupun berhasil menerobos dari kepungan polisi di rumah Om Liem (ahai gimana caranya keluar dari berikade polisi? baca duluu hehe), dan dengan cepat bisa berkelit kelit meliuk liuk bak cacing, Thomas beberapa kali disudutkan dengan situasi yang tidak menguntungkannya. Entah kebetulan atau keberuntungan, Thomas bisa aja berkelit dalam situasi itu dan berhasil lolos. Well, aku tau ending-nya itu sedikit menggantung. Dan aku yakin sisa misteri di bagian akhir itu pasti ada di buku selanjutnya, Negeri Di Ujung Tanduk

JADI GAK SABAARRR. ARGH.-_- Awalnya aku pengen memberi bintang 5, tapi karena sempet boring bacanya, yaudah 4 bolehlah. Hehehe. Jujur gue emang pelit-_-. Walaupun masih ada beberapa kebingungan saat selesai baca, tapi aku puas banget soalnya semua aspek (-_-) di buku ini, kayak klub bertarungnya, Opa-nya, Om Liem, keluarganya, dll itu masuk dan berpengaruh pada satu buku itu. Jadi gak ada tokoh maupun kejadian yang sia-sia gitu. 

Tokoh favoritku tentu aja Thomas, tapi terlepas dari Thomas-nya sendiri, aku suka tokoh Julia, sang wartawan ituloh. Lucu aja gitu, kadang-kadang sama dialog-dialognya. Hahaha:p. Terus ide-idenya dengan cepat berkelebat di benaknya saat ada situasi tidak menguntungkan dari otaknya yang brilian. Apalagi, sifat keterusterangan Julia yang sungguh lucu. Menjadi selingan bacaan jugaa. :D 

Amanatnya adalah, seorang pengkhianat tetaplah pengkhianat. Ketika dia berkhianat demi sepeser uang, dia pun akan menerima ganjaran karena keserakahannya itu. Buku ini banyak mengajarkan tentang egoisme orang-orang terhadap uang, uang, dan uang. Ketika semua orang disini bergantung kepada kertas kecil itu dan melakukan apa saja untuk mendapatkannya--termasuk berkhianat. :) 

  "Hati-hatilah, Nak. Apa kata pepatah bijak orang tua dulu, musuh ada di mana-mana, maka berhati-hatilah sebelum kau bisa memegang kerah lehernya." - Tuan Shinpei, hlm 263. 

Negeri Para Bedebah.
Adult, fiction, mystery, crime, family, politics! 

Orang Cina bijak zaman dulu bilang, tempat yang paling aman justru tempat yang paling berbahaya, dan sebaliknya tempat yang paling berbahaya justru tempat yang kalian pikir paling aman. - hlm 241.



"Situasimu berubah, masalahmu juga berubah. Dicoba, gagal, dicoba lagi, gagal lagi, jangan pernah putus asa, mengeluh, apalagi berhenti dan melangkah mundur." - Opa, hlm 291.


No comments:

Post a Comment

Artrevoir is waiting for your good comments! Please respect other and be polite. Thank you for comment. Cheerio! :)

LinkWithin